Sabtu, 14 November 2015

Hipotesis Teori Belajar Orang Dewasa Menurut Carl Rogers



 Menurut Carl Rogers bahwa setiap manusia mempunyai potensi belajar secara alami. Dengan demikian, ada keinginan untuk belajar. Hal ini dapat dilihat dari keingintahuan anak ketika ingin menjelajahi lingkungannya, berusaha untuk menemukan dan memahami pengetahuan dari pengalaman.
Dengan demikian, proses belajar harus berorientasi pada siswa (student centered) karena proses belajar terjadi secara abstrak dan hanya dapat diamati jika ada perubahan perilaku yang berbeda dengan sebelumnya. Perubahan perilaku tersebut bisa terlihat dalam hal pengetahuan, afektif, maupun psikomotorik. Dalam dunia pendidikan seorang guru yang baik menurut teori ini adalah Guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar. Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang rendah, mudah menjadi tidak sabar, suka melukai perasaan siswa dengan komentar yang menyakitkan, bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada. Yang terpenting dari Rogers adalah proses suasana (emotional approach) dalam pembelajaran bukan hasil dari belajar. Seorang guru harus lebih responsif terhadap kebutuhan kasih sayang dalam proses pendidikan. Perasaan gembira, tidak tertekan, nyaman adalah hal yang dinginkan dalam proses pembelajaran.
Menurut Rogers konsep pembelajaran yang berpusat pada siswa ( Student Centered Learning) dilihat berdasarkan 4 hipotesis yaitu :
  1. Kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi belajarnya.
  2. Seseorang belajar bermakna, hanya pada hal-hal yang dipahami sehingga sesuatu yang dapat mengatur dan mengembangkan struktur dirinya, hipotesis ini menekankan pentingya membuat materi pelajaran sesuai dengan siswa.
  3. Pengalaman yang apabila di asimilasikan akan menyebabkan perubahan organisasi diri cenderung ditentang melalui penolakan simbolisasi. Hipotesis ini mengisaratkan adanya kenyataan yang bersifat mengancam pada individu siswa dan menyarankan pentingnya memberikan iklim yang mendukung dan menerima dengan mempercayakan tanggung jawab siswa.
  4. Situasi pendidikan yang meningkatkan belajar bermakna adalah :
a.       Ancaman terhadap diri siswa direduksi sekecilnya.
b.      Perbedaan asimilasi antar siswa di izinkan.
Siswa belajar tidak hanya dengan mendengar penjelasan guru, tetapi juga dengan melihat, menyentuh, merasakan dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap pembelajaran. Di sini anak juga diarahkan untuk memahami potensi dasarnya sendiri. Setiap anak di hargai kelebihannya dan dipahami kekurangannya. Mereka diarahkan untuk belajar secara aktif. Dimana guru berperan sebagai fasilitator. Siswa belajar tidak untuk mengejar nilai, tetapi untuk memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Menjadikan anak memiliki logika berpikir yang baik, mencermati alam lingkungannya menjadi media belajarnya dengan metode action learning dan diskusi. Anak-anak ,tidak hanya belajar di kelas, tetapi mereka belajar dari mana saja dan dari siapa saja. Mereka tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga belajar dari alam sekelilingnya.
Oleh karenanya, dalam pelaksanaan pendidikan atau proses belajar harus selalu memperhatikan potensi-potensi yang terdapat pada siswa. Pendidikan dilaksanakan dengan melihat seluruh potensi manusia, tanpa mengabaikan potensi yang lain.
Penerapan teori belajar humanistik Carl Rogers terhadap metode pembelajaran lebih menunjuk pada semangat selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran. Contoh : seperti metode tanya jawab, metode tanya jawab, metode diskusi, metode pemecahan masalah dll. Sehingga posisi guru menjadi fasilitator dan motivator. Guru hanya memfasilitasi pembelajaran peserta didiknya untuk mencapai tujuan pembelajaran.




Kesimpulan :
Orang dewasa ialah mereka yang telah melewati masa remaja dan memiliki kematangan baik fisik dan psikologis untuk melakukan suatu kegiatan. Motivasi belajar orang dewasa ada dua: (1) Motivasi internal, yang timbul dari dalam diri orang dewasa, (2) Motivasi eksternal, yang berupa rangsangan yang datang dari luar dirinya. Belajar dapat diartikan perubahan tingkah laku yang dialami oleh individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Belajar tidak selalu mensyaratkan kehadiran pendidik (fasilitator) atau gurunya. Pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk membantu orang dewasa atau mengendalikan sikap dan perilakunya yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya. Teori belajar orang dewasa tidak hanya diketahui, tetapi harus dapat diaplikasikan dalam setiap kegiatan belajar dan membelajarkan agar proses/interaksi belajar yang dikelolanya dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Sumber :
http://khudo4th.heck.in/files/anggela-melawati-teori-hu.pdf (diunduh pada hari kamis 3 Oktober 2013, pukul 07.35 WIB)

0 komentar:

Posting Komentar